Tanah Segudang Cinta
Berlahiran manusia di tanahku ini
Bersuburan bunga mekar di segala tempat
Tidak ada mulut yang mencoba mengagumi
Semuanya sedang asyik mengumpat
Coba selami sampai kepenjuru bumi
Adakah kau temukan tempat seindah ini?
Mungkin, mulut itu masih malu mengagumi
Awas letih nanti karena patah hati
Ditabur dan Dituai itu bagian hidupku
Habiskan saja sesuka-sukamu
Aku juga tidak bisa mengeluh
Bersabarku hanya demi kesenanganmu
Masih kurang bahagia kau dengan ini semua?
Dulu aku dijajah kau tidak diam saja
Bahkan kau rela menghabiskan seluruh jiwa raga
Apa itu karena kau takut didera?
Harus, kubuat gudang yang bertuliskan cinta
Biar tidak berbelok ke segala arah
Ini tanah, air, rumput bertandakan cinta
Masihkah ada alasan untuk meresah?
Hadiah yang berarti Untukku
Begitu banyak hal yang diinginkan oleh manusia
Bermacam-macam yang dikejar-kejar pula
Mencari dan terus mencari sampai huru-hara dunia
Terbengkala apa yang sebenarnya nyata di mata
Tiada terlihat nafas yang mulai tersendat-sendat
Jiwa-jiwa yang mungkin berteriak untuk tetap beradat
Lalu, buat apa huru-hara kalau nanti mati pula
Buat apa letih sampai perih hati kalau nanti juga akan pergi
Lebih baik berdiam diri menunggu waktu
Utuh diriku tanpa siapapun yang menyerbu
Bukankah kali ini telah bertambah umurku
Apa gerangan aku menggerutu
Aku tidak punya kekuatan untuk memerintahkan manusia
Karena aku juga terkurung disini dalam hukum yang dibuat manusia
Bukankah harusnya manusia menjadi manusia?
Tidak, aku seperti orang munafik saja karena aku juga tidak bisa tanpa mereka
Mengapa aku masih terus menggerutu?
Bergetar dan demam tubuhku memikirkan ini dan itu
Derita di dada bukan hadiah yang layak untukku
Aku yang lelah dan tak mungkin mengadu
Sedih ini bukanlah arti
Wajah-wajah mungil mereka juga akan mengobati hati
Lelah pedih akan terkubur sendiri
Nafas ini menjadi hadiah yang sangat berarti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar