Kamis, 29 Januari 2015

Harta dan Tahta

Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda yang sangat kaya raya. Semua tanah yang ada didaerahnya merupakan peninggalan sang ayah. Pemuda tersebut dengan terpaksa diangkat menjadi raja di daearahnya. Suatu hari, pemuda ingin pergi berburu. Ia memerintahkan semua pegawainya mempersiapkan apa yang diperlukan tuannya. Semua pegawai bergerak cepat karena takut mendapatkan hadiah bentakan tuannya. Tidak ada satu pegawaipun yang bernafas secara normal. Pemuda ini sangat dingin. Tidak pernah ada pujian yang terlontar dari mulutnya. Mereka bersiap-siap untuk berjalan menuju ke sebuah hutan yang paling luas dan paling rimba di seluruh daerah tersebut. 
Di pertengahan jalan, pemuda itu berteriak, “Akulah raja yang berkuasa di daerah ini. Semua makhluk hidup harus tunduk kepadaku”. Para pegawai menunduk seperti malu melihat kelakuan tuannya.
Ketika tiba, Tuannya memerintahkan satu pegawai yang paling cakap untuk membantunya. Dia adalah pegawai yang paling dekat dengan tuannya. Si Kakek. Dia merupakan pegawai paling tua yang setia menemani pemuda itu sejak dari kecilnya. Dialah yang sanggup menerima kelebihan dan kekurangan pemuda tersebut.Kemudia, mereka berdua mulai berjalan menyusuri jalan tersebut dengan membawa senapan besar yang dibaru dibeli dari Belanda.
“Kakek, aku yakin, satu peluru ini akan menghancurkan tulang-tulang seekor harimau besar. Dan, kita bisa memerintahkan beberapa rakyat untuk membuatnya menjadi pakaian kebanggaanku” Pemuda itu berbicara dengan bangganya. Seperti biasanya, kakek tersebut tidak pernah memberi komentar apapun. Dia tahu sekali bahwa kata tidak akan menghilangkan satu kepala manusia.
Di pertengahan jalan, Pemuda melihat satu ekor harimau besar. Pemuda berbisik kepada sang kakek, “ Pergilah menyingkir dan lihatlah bagaimana aku menyelesaikannya”. Belum meluncurkan jari telunjuknya, seorang gadis cantik, bahkan tercantik mencoba untuk menangkap harimau itu. Pria itu terpanah melihat paras wajah sang gadis. Tangannya lemah seingga senapan itu terjatuh di tanah.
“Apakah tuan baik-baik saja?” Si Kakek bertanya.
Pemuda itu hanya terdiam dan tak berbicara apapun. Dia sedang asyik melihat wajah dan lekukan tubu sang gadis yang begitu indah. Dengan gaun berwarna putih dia mengajak harimau itu berdansa. Pemuda sedang membayangkan dirinya yang berdansa bersama dengan gadis itu.
“ Tuan…….Tuan…..Tuan”  Si Kakek berteriak di telinganya.
 Apakah yang kau lakukan kakek?. Kau hampir saja memecahkan gendang telingaku.
Kakek tadi melihat tuan seperti mayat hidup saja. Tuan tidak bergerak sama sekali ketika saya panggil.
Aku mati karena si bidadari kek.
Ah? Bidadari? Dimana Tuan? Jadi, benar cerita-cerita orang kampong ini kalau di daerah kita ada bidadari?
Iya kakek, bahkan yang ini lebih cantik dari bidadari.
Apa? Adakah gadis yang lebih cantik dari bidadari?.
Ada. “Tuh” Si pemuda menunjuk kea rah gadis tersebut.
O…. Itu gadis di desa sebelah. Dia bekerja sebagai pemanen kayu manis di desa itu. Dia memang terkenal paling cantik dan paling rajin di daerahnya. Sudah banyak pria yang mengejar-ngejar dia namun semuanya ditolak.
“Hahahahahah. Terang saja mereka ditolak, tak punya apa-apa, masih berani mendapatkan gadis ini. Percaya padaku kek satu kata akan membawa gadis itu kepelukanku. Tidak ada seorang manusia pun yang berani menolakku.  
Pemuda  mencoba untuk mendekati si gadis. Namun, belum 5 langkah, si harimau berteriak. Gadis tersebut menoleh dengan lembutnya. Sejenak, dada si pemuda berdetak begitu cepatnya.
“Hai gadis, aku hanya ingin berkenalan denganmu. Siapakah namamu. Maukah kamu menjadi pendampingku?”.
Si gadis ternganga mendengar pertanyaa pemuda tersebut. “Kamu gila”.
Iya, aku gila. Aku gila karenamu. Karena kecantikanmu. Jika kau menjadi pendampingku kita akan bersama-sama menjadi penguasa di daerah ini. Adakah hal lain lagi yang diinginkan manusia?
Sambil menggeleng si gadis berkata, “Engkau lupa akan banyak hal pemuda. Bagimu harta dan tahta segalanya. Bagiku itu semua tiada berguna. Banyak pemuda yang lebih kaya dari padamu dan lebih bertahta dibandingkan engkau yang ingin mendapatkanku. Semuanyapun aku tidak terima. Aku sudah bosan dengan apa yang engkau tawarkan. Lebih baik engkau pergi daripada mati dimakan oleh hewan-hewan ini”.
Wajah pemuda tersebut terlihat memerah. Baru pertama kali ini dia ditolak dan diusir. Seketika wajahnya mulai memerah. Darahnya naik seperti mau pecah tubuh itu. Ingin rasanya peluru itu disarangkan ke tubuh gadis yang disebutnya bidadari namun hatinya tidak rela kehilangan dia.
“Ayo kek, kita pergi. Semoga kau tidak menyesal dengan keputusanmu”.
Gadis dan harimau itu pun kembali berdansa seperti tidak ada hal besar yang telah terjadi. Semakin mengamuklah pemuda itu di dalam hatinya. Dengan segera pemuda dan kakek berlari menuju ke tempat pegawai-pegawainya yang sedang menunggu. Sesampainya di tempat itu, pemuda mengarahkan senapannya ke atas kepalanya semua peluru berterbangan ke segala arah. Para pegawai menutupi kuping karena kerasnya suara yang dikeluarkan. Pemuda tidak memperdulikan sekelilingnya yang dia tahu bahwa darahnya ingin segera keluar dari tubuh.
“Jika ada yang berani menolak bahkan mengusirku, Penggal kepalanya!”
Setelah kejadian itu, keadaan di rumah pemuda semakin parah. Semua pegawai mulai dibentak-bentak. Jika air yang diminta terlalu panas, pemuda akan menyiramkan ke muka yang mengantarnya. Jika makanan dia rasa terlalu asin maka akan ditambahkan garam jauh lebih banyak dan meminta pegawai untuk memakannya. Saat malam, kalau pemuda tidak bisa tidur maka semua pegawai harus berkumpul di ruangannya membacakan cerita jika ada pegawai yang tertidur maka bantal akan bersarang di wajahnya. Tidak kuat dengan perlakuan pemuda, si kakek memutuskan untuk mencari si gadis itu dan membawanya ke rumah pemuda. Habis waktu si kakek akhirnya dia menemukan juga gadis itu di hutan yang kemarin dia datangi.
“Gadis, tolonglah aku. Bersediakah kau datang ke rumah tuanku?. Jika tidak, maka matilah aku”.
“ Si gadis terperangah melihat wajah mengemis sang kakek. Di dalam hati dia merasa kasihan dengan si kakek namun di sisi lain dia tidak suka dengan pemuda itu karena telah mendengar cerita-cerita penderitaan orang-orang karena perilakunya. Namun, wajah kakek tua itu menghalangi keinginan hatinya untuk menjauhi pria itu. “Ayolah kek” Si gadis megajaknya dengan lembut”.


 “Tuanku, tuanku” Pegawai mengetuk pintu memanggil tuannya.
“Ada Apa? Masih kurangkah kalian menyiksaku berhari-hari ini?” Pemuda membentak.
“Kakek membawa seorang gadis. Gadis itu sangat ingin bertemu dengan tuan”.
Pemuda berkata di dalam hati, “Dia menyesali tindakannya juga”.  Pintu terbuka. Ketika pemuda melihat muka pegawainya, wajah pegawai tersebut mulai menunduk dan terlihat sangat ketakutan sekali. Pemuda itu berlari cepat menuju ke ruang tamu sambil merapikan pakaiannya.
“Sudah kubilang, tak ada orang yang bisa menolakku gadis” .
“Aku datang bukan untukmu tetapi untuk si kakek. Kakek bilang dia akan mati kalau aku tidak mau menuruti permintaannya. Jauh dari lubuk hatiku sedikitpun aku tidak rela untuk menemuimu”.
“Lancang mulutmu, gadis!. Kau pikir, kau ini siapa?”.
“Aku memang tidak mempunyai harta. Rumahpun aku tidak punya. Namun aku punya banyak hal yang tidak kau miliki. Bukankah juga mengejar-ngejar aku?. Merana dirimu karena aku menolakmu. Gadis manapun tidak akan pernah mau bersuamilan pemuda seperti kau yang hanya berkepalakan harta dan tahta”. Pemuda itu berlari mendekati si wanita. Sambil menarik rambutnya dengan kuatnya, pria itu berkata, “Asal kau tahu dengan menunjuk suatu jari aku bisa mendapatkan seribu wanita secantik kau.”
“Kenapa tidak kau lakukan? Kenapa hendak kau matikan semua pegawaimu setelah pertemuan kita?” Si gadis masih dengan kuatnya melawan pemuda. Sambil menggoyangkan tubuhnya, dia berkata,”Sedikitpun tiada takutku berhadapan denganmu” Lanjut si gadis”.
“Diaaaammmm” Belum selesai pemuda itu berteriak, si gadis menendang kakinya dengan kuat sehingga terjatuh. Si gadis berlari dengan kecangnya. Pemuda berteriak, “ Pegawai-pegawai, cepat kejar gadis gila itu!”. Semua pegawai mulai keluar dari ruangan masing-masing dan mulai mengejar gadis tersebut. Namun, gadis itu berlari dengan sangat kencang cepat sekali dia menghilang dari pandangan. Ketika kakek melihat tuannya, kakek berkata, “Tuan, hentikan ini semua. Harta dan tahta tiadalah berguna. Pemuda tidak mendengarkannya. Dirubuhkan tubuh kakek tua itu ke lantai dan berlari menuju si gadis.
          Setengah jam berlari, akhirnya pemuda dan pegawai itu menemukan si gadis di hutan yang dia kunjungi itu.
“Berhentilah mengejarku pemuda. Disini kita bertemu, disini juga kita akan mengakhirinya”
“Ya, kita akan akhiri, jika aku lihat kepalamu terbelah dua”.
Ketika ingin menangkap dang gadis terdengarlah suara auman dari segala arah. Di saat itu jugalah dilihat oleh pemuda ada banyak singa, harimau, musang, dan gajah seperti hendak menerkamnya. Para pegawainya pun berlarian dan meninggalkan dia sendiri. Ketika dia hendak berlari, berkatalah si gadis, “Berhenti! Atau kau akan mati. Sekali saja aku menunjukkan jariku maka seribu hewan hutan ini akan mengabisimu.
Mengerti situasinya sangat terjepit, pemuda bersujud dan memohon, “Janganlah lakukan ini padaku, apapun yang kau inginkan akan kuberikan asalah jangan kau matikan aku”.
“Aku tidak berniat untuk mematikanmu pemuda. Dirimu sendirilah yang menginginkannya. Masih ingatkah kau dengan perkataanku bahwa ada banyak hal yang kau tidak mengerti. Yang tidak kau mengerti itu adalah Kasih.
Kasih itulah yang membuat binatang-binatang ini mau membantuku. Apakah kau lebih rendah daripada binatang sehingga kau tidak mengertinya?. Pernahkah engkau berjalan-jalan di sekitaran daerah ini dan melihat ada berapa banyak orang yang menderita karena perbuatanmu. Pajak kau naikkan. Semua tanah kau rampas. Semua gadis cantik harus menjadi milikmu. Setiap pemuda yang tampan dan kaya akan kau matikan. Bahkan untuk makan pun kau yang tunjukkan jenis-jenisnya. Apa kau Tuhan? Kau hanya manusia biasa yang karena pertolonganNya diberikan kuasa. Satu gigitian harimau ini saja bisa menghabisi nyawamu pemuda. Kau kira kau punya segalanya? Kau adalah orang yang paling miskin dan hina di dunia ini. Karena binatang pun tak perlu beli pakaian, makanan, dan juga minuman untuk tetap hidup. Tidak seperti kau.
Pemuda itu terdiam dan seketika dia mencoba untuk berlari menjauhi gadis itu. Gadis berkata, “ Biarkan dia pergi, nanti juga manusia pasti mati”.
          Pemuda berlari sekencang mungkin. Pedih juga hatinya mendengar perkataan si gadis. Makin deras air mata keluar, makin kencang dia berlari. Tanpa sadar, dia menabarak sebuah pohon sehingga terjatuh dan berguling.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar