Jumat, 15 Maret 2019


SEMINGGU YANG LALU
“Kok kamu gitu sih sama aku?” Emma menangis sekencang-kencangnya sambil terus memegang tangan Roni. “Emangnya salah aku apa? Toh berkali-kali udah kamu nunda hari pernikahan kita, aku masih terima kok. Bingung aku! Bingung banget Ron!”. Emma berdiam sejenak , meremas jemarinya yang terkulai lemas, mengambil nafas sebentar, lalu berpaling mundur dari Roni. “Aku tahu…. Aku tahu! Ada yang salah dari kamu beberapa minggu ini. Kamu kenapa?” Emma melangkah maju mendekati Roni. “Aku salah apa?” Dengan amarahnya, ditariknya baju Roni sambil memukul-mukul dadanya.
 “Jawab…………………………!” Berteriak hingga tersungkur dia ke tanah. “Ron…… Roni…… “ panggilnya pelan. “Sampai disini pun aku masih tetap mencintaimu!” Berlutut Emma lemas di hadapan Roni.
Isi pesan WA
14.05 Roni : Jadi kan kita ketemuan di tempat biasa?
14.07 Emma : Okay. Jam 5!.
“Kenalin Sis, ini Emma! Emma, ini Siska! “. Selama beberapa menit mereka hanya berdiam.
“Kalian mau order apa?” Roni memecah kesunyian.
“Aku milo dingin aja” Emma menjawab ketus.
“Aku juga!” Balas Siska.
“Kamu  udah kerja Sis?” Emma menatapnya garang.
“Aku baru tamat SMA jadi lagi nunggu pengumuman SBMPTN. Kalau kakak pasti udah kerja yah?”
“O…….Jadi kamu baru tamat SMA. BTW, Gak usah panggil kakaklah! Panggil nama aja! Lagian kalau dari muka, kita kelihatan seumuran kok! Kenal ama Roni gimana?”
“Proses kenalannya itu lucu banget kak! Sumpah! Aku kalau inget aja bisa ketawa sendiri. Jadi, Setahun yang lalu aku putus dari pacar aku, namanya Ronald. Aku blok dia dari semua akun sosmed aku. Seminggu kemudian, aku ngerasa kayak kangen banget sama dia. Jadi aku coba search dari akun instagram aku. Eh, Pas aku ketik Ron, muncul banyak akun kan kak. Aku coba follow semua akunnya. Aku mikirnya mungkin ada dari mereka yang bisa nantinya dekat sama aku. Selang berapa menit, gak nyampek setengah jam, Roni follback aku, terus sering gitu komen di story IG aku. Dia minta no WA, ngajak aku keluar, terus hampir tiap malam kami teleponan. Yah, pada akhinya aku gak bisa bilang gak waktu dia bilang pengen nikah sama aku”.
“Jadi…… kalian jadiannya kapan? Emma menatap Roni sinis.
“Dua bulanan setelah aku putus kak. Delapan bulan yang lalu lah! Ya kan Ron?” Jawab Siswa sambil merangkul Roni.
Emma mengaduk milo yang di hadapannya sambil tersenyum-senyum kecil. 
“Kakak gimana dengan pacarnya? Roni cerita ke aku katanya seminggu lalu kakak baru diputusin yah?”
What?” Emma tertawa sekencang-kencangnya sambil bertepuk tangan. “Emang bener yang dibilang Roni. Bener banget! Aku diputusin sama pacar aku. Seminggu yang lalu!”.

Isi pesan WA Roni dan Emma seminggu yang lalu.
19.00 Maaf! Kalau aku udah buat kamu nangis kayak tadi.
19.03  Aku butuh penjelasan bukan kata maaf.
19.05  Aku harus jelasin apa?
19.08 Kenapa kamu menjauh dari aku? Kamu ada perempuan lain.
19.10 Hemmmm…..
19.14 Bener kata temen-temen aku selama ini? Tega kamu! Jahat kamu! Jahat………………..! Kamu udah tahu jelas bahkan sangat jelas kalau aku saying banget sama kamu. Aku cinta sama kamu. Tiga tahun loh Ron kita jalanin semuanya sama-sama. Gampang banget kamu matahin hati aku. Cepat banget kamu mau ninggalin aku!
20.00  ………
20.01 Itu artinya apa Ron?
21.00 Panggilan tak terjawab
21.20 Kamu cuman baca aja? Gak mau angkat telp aku juga? Okay, aku mau ketemu dengan ceweknya sekalian sama kamu juga.
21.21 Ngapain? Kamu udah tua! Jangan buat masalah lah!
21.22 Kita ketemuan bertiga atau aku labrak dia.
21.23 Okay. Berarti kita udah official putus. Minggu depan di tempat biasa.


“Aku ke toilet dulu yah. Kebelet banget tiba-tiba”.Siska terburu-buru beranjak.
“Mau aku temenin gak?” Roni menarik tangan Siska. “Gak usahlah! Kasihan kak Emma sendiri nanti. Ngobrol aja dulu!”.
Emma melipat tangan, menatap Roni tajam! “Gara-gara dia kamu ninggalin aku?.
“ Seperti yang kamu lihatlah!” Jawab Roni tanpa merasa bersalah.
Emma menghapus air mata yang perlahan mulai menjatuh di pipi. Di usap dengan kedua tangannya. Bergerak dia mecodongkan badannya. “Kamu baru kenal udah ngajak dia nikah yah?” Senyumnya kecil.
Roni menyenderkan kedua siku lengannnya di atas meja. “Mau dibandingin sama dia? Itu mau kamu? Okay! Dia gak ribet! Dia gak pernah mikir tentang pernikahan sampai sedetil-detilnya. Gak pernah kayak nanya kalau berantem nyelesaiin masalahnya gimana. Bagi uang gimana. Beli rumah kapan. Beli mobil kapan. Orang tua tinggal sama siapa. Aku gak sanggup nanggepin pertanyaan kamu yang buat aku pusing. Sedangkan dia, waktu aku ajak nikah, dia hanya bilang iya dan percaya kalau semuanya bisa dibuat menjadi lebih sederhana. Dia juga lucu gak ngebosanin. Ada aja cerita-cerita yang menarik gak kayak kamu! Manusia konstan.


“Sorry agak lama! Tadi kebelet banget aku. Loh kok kak Emma udah banjir gitu? Kakak masih ingat mantan kakak yah?” Siska berjalan mendekati Emma.
Stop!” Emma beranjak dari kursinya sesegera mungkin menghindar dari pelukan Siska.
“Kakak kenapa? Apa yang kakak rasain sekarang aku ngerti kok aku juga pernah patah hati!”
Emma menatap Roni dengan air matanya yang terus berderai. Dihapusnya cepat-cepat, bangkit dia tegar menghadapi kenyataan bahwa segala kenangan yang dibelakang memang harus buru-buru ditinggalkan. Ditatapnya Roni sekali lagi. “Tenang! Aku baik-baik aja. Semoga……” Ditariknya  napas begitu dalam. “ Semoga kamu keterima di Universitas favorit kamu” Emma meninggalkan mereka dengan sepercik senyuman.


Sabtu, 27 Oktober 2018

BOSAN JIKA TIDAK MERINDU (PART 1)



“Ira, Ira,,,ngejombloh bae lu!  Gak sayang apa tuh bibir dianggurin terus!”
‘”Sialan lu….! Entahlah kenapa gue ngerasa belum terlalu terarik buat pacaran. Kayaknya ribet banget gitu. Lagian juga hidup gue belum beres-beres amat. Karir juga masih gini-gini terus, karakter gue pertumbuhannya juga masih gak beres. Banyaklah! Capek kalau dipikirin”.
 “Tahu deh, Lu yang bentar lagi punya anak!”  Ira meledek Bayu.
“Habisnya gue capek aja direpotin terus sama lu kalau kesepian malem-malem ajak ngopinya gue yah gimana bisa dapat cowok begok! Untung istri gue pengertian kalau gak udah disangka palakor kan lu sama orang-orang. Udah gini aja deh! Nih gue kasih kontak cowok, namanya Krisna. Kemarin gue udah bilang ke dia katanya entar malam doi mau kontak lu. Dibales yah jangan diblokir kayak kemarin. Kalau ini gak jadi, gue gak mau ngopi ama lu lagi!”

Ruangannya kecil
Si gadis tertidur pulas
Di luar ramai, remaja memburu nafsu

“DERING HP BERBUNYI”

Si gadis masih pulas
Di luar semakin ramai
Ternyata ini malam , malam minggu

“DERING HP BERBUNYI KEMBALI”

21.50                ‘HALO!’
21.58                ‘Hai Ira, Ak Krisna!
22.00               ‘Senang berkenalan dengan kamu! Lagi sibuk yah? Ak Krisna’
22.01                ‘Begok! Gmna ma si doi?Gk lngsung pkai lingeri kan?’
23.00               ‘Aku tidur dulu yah! Gutnite…. !’

“Lu gimana sih! Kan gue udah bilang itu doi mau kontak lu kemarin malam! Malah tidur kayak babi lu!  Udah balas isi chatnya?”
‘Read aja belum. Malas gue!’’
‘Tersera lu dah! Bye.. Gue mau mesra-mesraan dulu ama istri!”

TUT…TUT…  Telepon dimatikan!

            Ira mulai merasa sedikit panik. Sambil menggigit kuku jari telunjuknya, Ia coba menyusun rencana untuk membalas isi pesan tadi malam. Ia merebahkan tubuh di kursi, memainkan jemari, memukul-mukul kepala ke meja berharap ada satu ide yang keluar. Lima menit termenung, akhirnya niat untuk memblokir muncul. Namun tiba-tiba Ia teringat akan ancaman Bayu. Akhirnya Ia memberanikan diri menjawab pesan tersebut.

10.00                            ‘Hai Juga’
10.01                            ‘Hai…….. gmana tidurnya kemarin? Baru bangun yah?’
10.10                            ‘Iya’
10.10                            ‘Hari ini rencananya mau ngapain aja?’
13.00                            ‘Tidur’
13.01                            ‘Aku telepon yah!’

Dering HP Berbunyi
Seketika Ira terbangun dari kasurnya. Dengan sedikit panik, Ia melihat tanda di layar Hp, Video Call. “Mampos gue!” Ira terbangun dan merapikan rambutnya.

‘’Hai…………………………………!’’ Krisna bersuara lembut.
Sedikit kagok, Ira menaik-turunkan Hpnya. Tangannya sedikit bergetar,  “Hai!’’ Ira melambaikan tangannya.
‘’Kamu gak sibuk kan?’’.
“Lumayan sih!”
“Maaf yah kalau aku ganggu. Cuman pengen kenalan aja kok gak bakalan ngegigit!”
Ira mulai memberikan senyum kecil dan berharap kali ini waktunya tidak terbuang sia-sia.
‘’Nama aku Krisna. Aku kerjaannya bagusin komputer atau laptop di rumah-rumah. Kadang-kadang juga datang ke kantor atau ke rumah orang. Aku juga bisa ngelukis biasanya kalau lagi sepi aku cari-cari uang makannya dengan ngelukis. Cukuplah untuk nafkahi kamu!’
“Waduh padahal aku belum tanya apa-apa loh kamu udah jelasin begitu!” .
Bayu memang selalu mencari pilihan yang terbaik buat temannya. Dari dulu emang Ira sangat ingin punya kekasih seorang seniman.
‘’Aku tahulah kan biasanya perempuan butuh kepastian masa depan!”. Ira tersipu malu dan tanpa sadar obrolan mereka telah berlanjut selama empat jam. Baru kali ini Ira nyambung dan nyaman bercerita dengan lawan jenis selain Bayu. Banyak hal yang mereka obrolin kebanyakn tentang idealis dan prinsip hidup masing-masing. Itu yang membuat Ira merasa nyaman.

“Kamu mandi dulu sana. Aku ada laptop rusak yang harus selesai ini malam. Belum ada aku kerjai. Oh ya kamu tau gak? Tapi sebelumnya aku gak mau kamu geer. Kemarin malam ak nungguin balasan WA kamu sampai gak tidur-tidur loh. Udah ah! Bye…..” .
Ira tersenyum kecil dan memukul jidat dengan telapak tangannya.

Sabtu, 29 September 2018

DITINGGAL KEKASIH
Di bawah pangkuan bumi
Sudah dari jam dua pagi,
Saya masih betah di sini

Sudah terbiasa menimang rindu sendiri
Kemarin di depan rumah,
Seminggu yang lalu di toko pak Amin, sambil mengutang nasi

Ada jejak-jejak kamu di lantai rumah kita
Bertahun-tahun saya tidak menyapu rumah

Di depan TV kita pernah saling bercumbu
Berkali-kali aku bilang, ‘I love you too’

Saya ditinggal KEKASIH
tidak ada hak menuntut takdir
Ada penguasa semesta yang tidak bisa digugat

“Ma, kita mau kemana?’’
Rintik hujan mulai turun. Andi mengulurkan jemari bersentuhan dengan dinginnya air.
“Ma......!”

Andi bingung memilih antara Mama atau hujan sebab selama ini Ia tidak memiliki teman selain matahari dan air. Mama selalu sibuk bermain sendiri. Setengah jam sudah Ia ngobrol bersama hujan. Mereka saling bertukar pikiran tentang hal-hal yang paling disukai dan juga hal-hal yang paling menjengkelkan. Hujan senang bersentuhan dengan Andi sedangkan teman-temannya enggan bahkan untuk mendekatinya. Seketika Andi sadar bahwa Ia tidak sendirian.

‘’ssssshhhhh… Aku mau tanya mamaku dulu! Soalnya ak bingung kami mau kemana. Tunggu ya!’’ Andi memercikkan air dan meninggalkan hujan.
“Ma… Kita mau kemana?”. 
Seketika Ia sadar sambil memberikan senyum ,“Kenapa kepala kamu udah basah begini? Jangan main hujan terus entar sakit nak!” Ia memeluk dan mengusap-usap kepala Andi.
‘’Kita mau kemana Ma?’’
‘’Ketemu papa’’ Ia memeluk anaknya erat.
‘Beneran Ma? Yeay… Bentar lagi aku ketemu Papa? Yeay….’’Andi meloncat-loncat kegirangan. Tiba-tiba Ia terdiam “Emang papa dimana Ma?”.
Kini Ia menatap Andi dengan sangat dalam. Mengelus kepalanya, ‘’Disana!” Ia menunjuk ke ujung jalan.  
’’Kamu haus nak?“ Ia memecah keheningan.
Andi mengangguk. “Mama haus juga?”
“Iya…. Jam segini apa ada warung yang buka ya?” Ia memandang sekeliling sembari memegang tangan anaknya erat.
‘’Kita masih punya uang Ma?”


“Pa.. Kamu gak kerja?’’. Sudah dari lima menit yang lalu Ia bolak-balik kamar membangunkan suaminya yang tertidur pulas selama berjam-jam. Yunita memberanikan diri menyentuh kakinya, “Pa…Pa….. kamu gak kerja?’’.
‘’Kamu apaan sih? Aku capek setiap hari kerja terus tapi gak kaya-kaya. Mendingan tidur! Capek aku mikir terus gimana caranya bahagiain kamu Yun!’’ Ia memalingkan tubuh dari Yunita.
Yunita duduk di sebelahnya sambil mengelus kepala dan merangkulnya. ‘’Kamu gak laper? Kamu mau aku masakin apa?’’ Yunita merangkulnya dengan sangat erat.

‘’Yun, hari ini ulang tahun kamu kan? Kamu mau dibeliin apa?” Ia memeluk Yunita sambil mencium keningnya lembut. “Aduh! Gak bisa nafas ni! Kamu meluknya kencang banget! Yunita mencoba lari dari pelukannya. Ia malah memeluknya semakin erat, “Makanya kamu bilang ke aku mau kado apa?”. Yunita menggeleng-gelengkan kepala, menggigit telinganya dan berlari ke luar dari kamar. Mereka berkejar-kejaran sampai akhirnya rubuh di atas sofa di depan TV. “I love you” katanya lembut. ‘’Love you too” Yunita membalas ciuman bibirnya. Ia berbisik di telinganya, “Kamu mau kado apa?”.  Yunita memeluk dan membalas, bisiknya, “Kita masih punya uang Dit?”.

‘’Ma…… Ma…! Itu ada warung kecil ak liat. Kita masih ada uang gak? Ma…. Ma!’’
 “Ya….. Ya….! Kenapa nak ?” Yunita tersadar dari lamunnya.
“Kita jadi beli minum gak?”
‘’Kamu haus yah?” Ia melihat sekeliling dan hujan semakin deras. ‘’Kita butuh air yah. Ya udah kita minum air hujan ini dulu aja yah. Yang penting kan kita gak haus lagi” Yunita menarik tangannya pelan. Andi sangat bahagia karena kini dia semakin dekat dengan hujan dan bisa kembali bercerita tentang mobil-mobilan yang baru saja ia curi dari halaman depan rumah tetangganya.


Pada akhirnya kamu selalu menjadi bayang-bayang
Aku menyeka air mata dengan hujan
Sampai saat ini kamu adalah arah dari penantian 

Bagaimana bisa saya melupakan masa lalu?
Karena cinta bukan hanya tentang uang dan makanan
Aku suka kamu dan segala bujuk rayu

Kini ditinggal jiwaku
Kekasih tak mau lagi merayu
Dengan segala kegagalan Ia teralu lama menjauh 

Minggu, 14 Januari 2018

Antara Ada dan Tiada

"Pada zaman liberal ini kita ditawarkan beribu-ribu jalan terhadap banyaknya pendapat yang menyuarakan tentang kebenaran untuk hidup yang hanya sekali ini. Maka di saat itu juga,  Yesus bersuara dalam Firman nya, " Akulah jalan,  kebenaran,  dan hidup. Tidak ada satu orang pun yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui aku". Maukah kita anak muda berjalan bersamanya?. Mari kita bersatu di dalam doa"

Debora Rosita Siahaan, wanita single muda diusianya yang ke-28 tahun. Ia menyerahkan diri menjadi seorang pelayan pemuda sejak dua tahun silam. hampit arinya dihabiskan di Gereja. Itu artinya 17 dari 24 jam waktu sehari akan dia habiskan untuk pelayanan di Gereja.  Sedangkan sisa lainnya dihabiskan di atas kasur untuk tidur.
Hanya ada

Selasa, 26 Desember 2017

Di ambang pilu

Di ambang pilu

"Looking for the Window Above it's like a story of us. Can you hear me? ". Hendrik mendengarkan lagi favoritnya sambil terlentang di atas tempat tidur.

'Bang.... ! Bang.... ! Ada Via nyariin kamu.  Bang! Bang! Mamanya berjalan menuju pintu kamarnya. Sambil mengetuk pintu,"Bang! Bang!". Karena tidak ada respon, Mamanya terpaksa membuka pintu. Seketika,  dia  melihat anak semata wayangnya terlelap di atas kasur. "Bang! Bang!" Sambil menepuk pelan pipi Hendrik mencoba untuk membangunkannya.

" Aduh ma! Apaan sih! Masih pagi juga. Aku masih ngantuk banget ma. Nanti aja deh perginya! Please!!" Hendrik mengempalkan jari-jarinya memohon.
Mamanya mencopot headset yang berbunyi keras di telinganya. "Bisa meledak kuping kamu kalau musiknya sekeras ini! Ada Via tuh di depan udah dari tadi ternyata!"
"Ngapain lagi sih! Gak ah! Bilang aja aku capek! "
"Gak boleh gitu!  Dia udah dua jam di depan dari semenjak mama pergi ke pasar deh kayaknya. Ayok cepat temui sana!"
"Males ah. Udah bosan aku juga! Mendingan tidur".
Mamanya terus menepuk-nepuk pundaknya sampai dia kesal. "Mama dulu ngidam kerbau deh kayaknya waktu hamil kamu. Kok tidur udah kayak orang mati gini! Ayo ah kasian anak cewek di depan gitu".
"Dia yang mau, ngapain dikasihani! Mama bilang aja, "Hendrik lagi capek. Kamu pulang aja istirahat di rumah" pasti dia nurut!  Udah ah, aku mau tidur!.

"Ndrik! Ada via tuh nungguin kamu di kantin. Dia udah pesan dua mangkok bakso. Lagian ngapain sih di kelas terus? "
"Aku belum lapar!"
"Kalau kamu lama bisa dingin baksonya udah gak sedap lagi nanti. Pergi makan bareng pacar Hmmm nambah makin sedap".
" Gak selera makan bakso bro! Pengen yang dingin-dingin"
"Kamu memang aneh! Cuaca mendung begini malah pengen yang dingin"
 "Dingin-dingin enaknya makan es krim terus tidur nyenyak di atas kasur"
"Ya ampun! Kasihan dia,  Ndrik!  Udah dari awal istirahat nungguin kamu. Anak cantik begitu kenapa sih selalu kamu phpin! "
" Dia yang mau, ngapain dikasihani!  Kamu pergi aja temui dia terus bilang, "Kata Hendrik baksonya disumbangkan untuk aku" pasti dia mau!  Sambil menepuk-nepuk pundak temannya.

"Halo ndrik! Via udah di jalan depan gang rumah kamu. Udah ketemu belum?"
"Lah! Aku udah di depan rumah Indah ni. Udah mulai pesatnya? "
"Gimana caranya kamu ke sini? "
" Ada transportasi yang namanya gojek mbak! "
" Oh iya yah. Aduh tapi gimana ini si Via udah di depan rumah kamu? Udah dua jam kayaknya nungguin!"
"Kok bisa sih. Dia gak ada kabarin aku. Mau gimana lagi aku tinggal selangkah lagi ni masuk"
"Ya,  kamu balik dong! Kasian anak orang udah nunggu berjam-jam rusak tuh make upnya pasti! "
" Dia yang mau,  ngapain dikasihani! Kamu bilang aja sama dia, "Hendrik bilang kamu gak usah datang tidur aja di rumah nanti masuk angin" pasti dia pulang!  Hendrik mematikan ponselnya.

Sabtu
 18.00 "Aku udah di Cafe biasa" isi pesan line Via untuk Hendrik.
20.23 "Pulang aja!"
20.24 "Ok"

Selasa
05.00 "Aku gak masuk sekolah kayaknya gak enak badan"  isi pesan line Via untuk Hendrik.
22.01 "ok"

Kamis,  21 Juli 2017
00.01 "Happy anniversary yang kedua" isi pesan line Via untuk Hendrik.
23.58 "ok"

Minggu
15.00 "Ndrik" Isi pesan line Via untuk Hendrik.
20.00 "Hp lowBatt"

Minggu
21.00 "Woiiiii!" Isi pesan Hendrik untuk Via.
21.01 " Ya"
23.48 "Salah kirim!"
23.49 "ok"

Sabtu
18.00 "Aku udah di Cafe biasa" isi pesan line via untuk Hendrik
20.00 "Okay,  aku otw!"
Jantung Via berdetak cepat tidak sabar untuk bertemu dengan kekasih pertamanya itu.
20.00 "ok"

21.30
Via keluar dari toilet dan menuju ke tempat makan sambil menanti Hendrik. Langkahnya lemas karena dia menduga bahwa kekasihnya itu mungkin tidak datang. Pandangnya menunduk mungkin kekasihnya akan mengingkar kembali.

"Maaf,  aku lama! "
Suara itu menelusuk ke relung hati dan mengangkat kembali kepala yang terbawa jatuh oleh ratapan hati.
Sambil memainkan jarinya,  Via hanya berani menatap mata tanpa harus bersuara.

" Kalau kita putus,  kamu mau?" Hendrik mendekati wajah ke arah kekasihnya.
Via memainkan jarinya di atas meja. Pandangnya sudah tidak fokus, mencari arah untuk mengerti dimana salahnya dalam kasus ini.
"Nanti aku hubungi lagi soalnya mama udah minta jemput dari rumah temennya' Hendrik melangkah meninggalkannya jauh-jauh.








Senin, 25 September 2017

Seakan - akan

Aku udara bebas, seakan-akan kamu ruangan berhampa
Aku air mengalir, seakan-akan kamu api besar membara

Langkahku ke utara,  seakan-akan kamu berputar arah ke selatan
Arahku maju ke depan seakan-akan kamu berpaling mundur sendirian

Kalimatku berakhiran koma,  seakan-akan kamu menggantikannya tanda titik
Aku kata bersinonim,  seakan-akan kamu anonim untuk sinonimku


Seakan-akan dalam pertanyaanku,pernyataanmu mengakhiri akanku bahwa kita bukanlah angka satu



Jumat, 15 September 2017

PANORAMA

"Waktu dulu di pelajaran musik? " Jodi memangku tangan di dagunya sambil menatap mata Aneta.
" Hahahah. Aku inget! Aku inget! Aneta berteriak keras. "Suara kamu hancur banget dulu. Apalagi waktu kalian cowok-cowok nyanyi mukanya pada kayak kodok semua" Aneta tertawa sambil memeragakan gaya mereka dulu bernyanyi.
"Kami buat ulah dengan bermain waktu diminta untuk Humming! "
"Iya! Iya! Aneta memotong cepat. "Akhirnya itu Mr pukul meja keras kan?"
" Kami disuruh minta maaf sama wali kelas kita. Waktu berjalan mencari Mr nya kami malah tertawa mengulang kejadian gimana kami bukannya Humming malah menghormat di kelas. Waktu sudah ketemu gurunya pasang muka pencitraan" Jodi tertawa lepas sampai hampir menangis.
Aneta memegang dada tidak kuat menahan lucunya kejadian masa lalu. "80 persen dari waktu di sekolah adalah pencitraan!". Keduanya tertawa keras sambil mengingat-ingat memori masa lampau yang memang layak untuk dipertahankan.

Tiba-tiba suasana hening. Keduanya duduk berdiam sambil mengaduh gelas yang ada di hadapan masing-masing.

"Aku rindu masa lalu" Aneta memecah keheningan.

"Dulu waktu upacara di sekolah. Panasnya terik sekali. Kamu inget dulu kita pada bawa tisu terus ditempelin di topi supaya keringat tidak menetes. Terus kalau ada guru yang datang itu tisu diambil tapi nanti tisu yang lain dipakai lagi. Kalau pembina upacara selesai berpidato kita semua tepuk tangan bukan karena pidatonya bagus tapi karena  itu tandanya upacara sudah mau selesai! Kamu ingat? " Jodi berbicara lelah.

Aneta menarik nafas dan menatap matanya sambil berkata, "Aku sangat ingat Jod! Setiap detik waktu kita dulu di sekolah, aku ingat semua"

Jodi mengalihkan pandangannya. Suasana kembali hening walau sekitar begitu riuh. Tidak ada jiwa yang mau mengalah untuk memulai alur cerita sebenarnya. Setiap hati punya katanya masing-masing namun mulut tidak mau mengakui sehingga udara hanya membawa angin-angin kosong tanpa cerita.

Mereka saling menatap. Keduanya kini memberikan senyum-senyum kecil berharap bisa meramaikan suasana.

"Panorama! Panorama hijau itu adalah suasana impian kita. Kala berlari di padang hijau dimana tanganmu menggenggam erat tanganku terlarut dalam imajinasi bahwa kita hidup pasti bersama. Kini, aku berada di panorama lain menggenggam tangan yang lain" Jodi menetes kan airmata di tengah senyumnya.

Aneta menarik napas pelan. Tangannya mencoba meraih jemaat Jodi.  "Manusia berubah seiring berjalannya waktu. Impianmu tetap sama walau tidak di panorama ku dan di genggam tanganku". Kakinya melangkah pelan meninggalkan Jodi dengan segala panorama yang akan dia bangun.