Minggu, 28 Mei 2017



SUATU MALAM DI KOLONG LANGIT RANOTANA

“Kak, so datang ambe pa ngana itu mau jalan!” 

“Iya bilang jo basabar akang!”

Bagiku tujuan wanita adalah terlihat cantik. Sempurna dalam hal berias. Aku tidak boleh kalah dengan perempuan – perempuan di luar sana. Bukankah daya tarik wanita terlihat dari bagusnya bentuk wajah? Tidak ada alasan bagi pria untuk berpaling jika dia selalu betah untuk memandangnya.

Delpi adalah laki – laki yang kali ini aku izinkan berlama – lama memandang wajah. Aku suka dia karena hanya akan membawaku pada waktu malam saja. Pada malam wajahku akan terlihat lebih bersahaja.

“Sudah terlalu lama aku di depan kaca! Jangan sampai dia bosan menunggu di luar!”

Kami tiba di resto tempat dia biasa bertemu dengan teman – temanya. Seperti biasa mereka akan memuji aku apa adanya di lima menit pertama. Sementara aku sudah 4 jam mencoba bercengkramah. Jauh dari perkiraan! Aku kira mereka akan selalu membahasku. Ternyata hanya berhenti disitu, di lima menit saja!

Aku kini gelisah menanti kapan kita berlalu sehingga aku bisa menuju kamar untuk membahas dan menikmati diriku sepanjang waktu. Gerakan jemariku menunjukkan betapa inginnya aku menyudahi perkataan. Jangankan menggubris melirik saja mereka tidak! Apa yang salah denganku? Tahukah kalian butuh waktu tiga jam untuk aku memperlihatkan kecantikan? Hei, Kemarilah! Lihat rambutku! Lurus, tidak bercabang, bahkan tak ada keriting – keriting kecil yang menghalau jalurnya! Rapatlah kesini! Lihat kulitku! Adakah kau temukan bercak –bercak senila yang mengganggu warnanya! Mari aku pertontonkan lekukan tubuhku! Adakah lemak-lemak yang menggumpal menggangu pemandanganmu? Perhatikanlah aku mengapa kalian semua diam? Aku hanya menahan suara karena perkataanku terucap di dalam hati saja. Lanjutkanlah lagi bercerita sekalian aku menguji jiwa berapa lama bertahan tanpa dipuja!

Mataku mengarah menuju gerakan – gerakan bibir kalian. Hingga aku menemukan bahwa pengucapan – pengucapan yang keluar hanya tentang mencari harta. Mempertahankan kuasa karna takut dipandang rendah. Mata kalian terus mendongak ke atas takut patah leher katanya kalau menunduk ke bawah. Lusa katanya kalian mau ke Australi. Minggu depan bertamasya ke Jepang. Bulan berikutnya berharap berkeliling dunia. Ah! Aku suka di sini. Di bawah kolong langit ini karena ada sebuah kisah tentang seorang wanita disini.

Wanita yang sekarang sedang mengarahkan pandang ke sekitar. Mengintai, berharap menemukan jiwa yang rela memberi puja untuk usaha mencapai sempurna wajahnya. Wanita yang akhirnya menyerah dan mengaku kalah dengan dunia karena usahanya tak berbanding dengan realita. Linglung dia mencari arah untuk sejenak membuang duka atas kenyataan dunia. Pandangnya kini berbentur dengan sebuah pintu kosong yang memaksanya untuk bertemu. Pintu itu kini membawa jiwanya keluar menuju pada suatu kolong langit dalam suatu kegelapan yang sangat dia sukai. Kolong itu dihiasi bunga – bunga merah yang memanjang. Rasanya ingin menarik cabangnya tapi sayang karena dia tahu betapa susahnya untuk menjadi cantik seperti mereka. Dia duduk di sebuah semen di antara bunga – bunga sambil memandang malam dengan segala bintang yang meriasi wajahnya. Cahaya wajahnya kelap – kelip, memperlihatkan lekukan  langit yang sangat ingin dipuji . Dia tahu benar berapa lama langit berusaha untuk menyempurnakan wajahnya. Maka dia mensyukuri dan memuji kemuliaan di dalam tampilannya. Tapi di situ tersayat hatinya dan memastikan realita usaha langit seperti percuma karna hanya dia dan bunga – bunga yang memandang tanpa berkata. Bahkan mulutnya sendiri terkatup, hanya berani bersuara di dalam hati sama seperti benda – benda mati di sekelilingnya. Kini dia meremas jemari mencoba menerima realita bahwa kecantikannya ternyata tak dipandang oleh semua. Sama seperti langit dengan cahanya indahnya, memberi rasa tanpa dipuja. Berapa waktu kini dia hanya mencoba menikmati langit malam yang akan segera berlalu bersama cantiknya. Di bawah kolong langit Ranotana, seorang wanita yang berharap indah namun terluka karena realita cantik tak selamanya!